Kembali,wajah matahari mulai memudar,di bayangi langit senja di kaki langit di jalur rel kereta Bougenville.
“ Cepat cakra…..!!!” teriak Ranti,saat siulan kereta itu sudah mulai dekat
“ ia tunggu,batang mentengnya tersangkut Ran dir elnya….!” Jawabnya dalam kepanikan
Suara gemuruh itu semakin keras mengisi rongga telinga,suara gadis kecil itu mulai tenggelam dalam deru mesin itu.
“udah biarin aja Cakra,nti kita cari lagi” Ranti kecil sekuat tenaga menariknya dari tengah rel
“ia Ran tunggu….!” Cakra bersikeras untuk mendapatkan kembali buah menteng yang melekat kuat pada batang yang tersangkut dir el kereta itu,goncangan itu semakin dekat,menimbulkan hentakan-hentakan kasar pada tanah di sekitarnya.Panas dari mesin itu akhirnya mulai terasa.badan kecil ranti mulai bergoyang-goyang menari tak beraturan.
“ Cakra……….!” Pekik Ranti panik “ udah ,tinggalin buahnya….!”aku berteriak,sampai-sampai kerongkongannya kering di penuhi debu
“ Ia,tolong……….!” pekik Cakra seraya memandang ke arah Ranti yang sedang ketakutan,tapi selanjutnya suara Cakra hilang tertelan bunyi mesin ular besi itu.
Wuzz………
Ranti mundur beberapa senti
Untuk kali ini mata besarnya di pejamkan,tak mampu menyaksikan pemandangan yang ada di hadapannya,tapi yang pasti Rantime rasakan kakinya basah dan lengket,entah oleh apa.
Gemuruh dan guncangan itu mulai berkurang lalu perlahan-lahan hilang bersama raibnya ekor raksasa itu.
Ranti belum berani membuka matanya,telinganya hanya berusaha mencari-cari suara Cakra.Ranti tidak berani membayangkan hal yang buruk yang menimpa sahabatnya itu.
Lama tak ada suara,hanya gemerisik dedaunan dari pohon-pohon yang tumbuh di sisi jalur kereta itu.Hatinya berusaha mencari tahu kondisi cakra dari bisikan angin yang sedang asik bergunjing di sekitarku.
“ Cak….cakra…..!”setengah berbisik Ranti memanggil nama Cakra
Hening,masih sang angin yang mengambil alih situasi ini.
Lalu tiba-tiba,sebuah suara lemah dengan rintihan kesakitan terdengar di antara gunjingan angin itu
“ Ran…..ranti…! “ suara seorang anak laki-laki bergetar dalam kesakitan
Ranti mencari sumber suara di tengah kegamangan hatinya,tp ia tetap membatu di tempat ,mencoba menahan isakan saat membayangkan apa yang akan ia lihat.
“ Cakra…?” pekik Ranti dalam kesenangan tapi juga ketakutan,dan dengan perlahan-lahan mulai membuka matanya. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya,menghalanginya untuk melihat dengan jelas,dan akhirnya gambaran itu makin jelas.
Pemandangan di hadapannya tiba-tiba mendadak membuat kepala Ranti terasa berputar,membuat seluruh darah dalam tubuhnya mengalir ke kedua matanya,Merah dan Rantipun kehilangan kesadaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar