Kamis, 20 Januari 2011

goresan I,potongan kisah dari cerita "istana tauge"

Dulu,Aq ingat masa-masa pahit dan mengerikan dalam hidupku.Aq sadar bukan hanya moment yang mengerikan buat aq semata-mata tapi juga untuk ibu dan adik-adikku. Setelah ayahku yang kucinta namun tak henti kukutuk meninggalkan kami sekeluarga dan menikah dengan seorang wanita.

Kulihat ibuku hari in sangat aneh,ia menyiapkan makanan enak dan menatanya dengan apik di lantai ruang tengah .Ada keheranan dalam hatiku,tapi aq tak bisa mengeluarkan dari otakku yang masih terlalu polos dengan kondisi dunia saat ini.Kondisi di mana aq di takdirkann sebagai anak miskin,tanpa perlindungan ayah dan yang hidup dalam rongrongan kemiskinan dan kemelaratan . Saat itu bagiku biasa-biasa saja,tapi satu yang pasti bahwa ibuku sedang mengalami guncangan yang sangat hebat dalam hidupnya,salah satunya harus membesarkan aq dan ke lima adik-adikku,tanpa simpanan sepeserpun uang dari baba yang telah meninggalkan kami.Saat ini aq sadar bahwa ibu tak seperti biasanya,dan baru kuketahiu bahwa ibu meminjam uang dari tetangga untuk memasak semua ini,sempat hinggap di fikiranku “ dalam rangka apa ibu menyiapkan semua ini ?” tapi dasar bodoh,aq tetap tidak memperdulikannya.

“ Vina…! Kamu sudah mandi khan……?” kata ibu

“ Iya….bu..!” jawabku singkat

Aq heran dengan ibu, kelakauannya tiba-tiba aneh,bingung dan sedih di wajahnya. Dan ada sebuah botol itu nangkring di atas lemari manakan memancarkan pesona misterius yang mengundang hati untuk mengetahui banyak.

“ Kamu jangan pernah membuka atau mendekati botol itu yah…!begitupun adik-adikmu!”

Aq hanya mengagguk bingung sambil terus berusaha membaca fikiran ibu melalui matanya yang tetap sembab.

“ Dengan benda itu kita bisa terlepas dari kekejaman dunia nak,dunia yang telah mencabik-cabik kebahagiaan kita “

Kurasakan bibir ibu bergetar dan tak terasa mata ibu berkaca-kaca,kulihat banyak intan di dalamnya,bersih,bening, dan berkilauan berlomba untuk tumpah ke pipinya yang mulai termakan usia,tapi ibu buru-buru menyeka benda berkilauan itu yang keluar dari setiap sudut matanya.

Siang mulai berganti sore diiringi tenggelamnya matahari yang berganti bulan yang masih malu-malu menampakkan kesuciannya,ini pukul 05:58 menit

Aq,ibu,dan adik-adikku sebuk menyiapkan makan malam setelah tertata kusuruh ke-5 duduk.

“ kaka..!kaka! “ rengek goa'ling

“ Kenapa? “ Aq menoleh ke adikku yang bernama ling dan monce yang sedang berebut sendok.

“Cendoknya di ambil kaka” ia menunjuk ke arah seorang anak perempuan yang tersenyum dan memamerkan Sendok dan jendela di giginya ( ompong).

Dialah adikku yang bernama Zuilan.Aq menunjukkan wajah marah dan kutatap zui, memintanya mengembalikan sendok itu.

“ TApi aq juga mau sendok…!” Ia membela diri sambil menyembunyikan sendok itu di belakangya.

Aq kasihan juga memandangnya,hanya karena sendok ia harus bela-belain bertengkar dengan saudaranya.Sendok yang di beberapa rumah tetangga kami jumlahnya tak terhitung.

“ Yah udah…!kaka ambilin dulu yah?” ucapku

Aqpun segera beranjak pergi untuk mengambil sendok,walaupun aq tau di dapur sudah tidak ada lagi sendok,sendok kami hanya setengah lusin sedangkan garpu tak ada sama sekali.

Selama ini aq dan keluargaku cukup senang mamakai tangan untuk menyantap makanan,bahkan rasanya jauh lebih nikmat dan lebih bersih.Ketika mendekati pintu dapur mulai kucium bau yang sangat menyengat dari dalam dapur. Tadinya aq kira itu adalah bau minyak tanah.Di dapur kudapati ibu menuang minuman kedalam tujuh gelas minum bekas air mineral, Dan baru kutau kalu bau yang menyengat itu adalah berasal dari minuman berwarna coklat muda itu. Ibu memegang botol dan menuang cairan itu dengan tangan tergetar sepertinya ia telah terkena sengatan listrik sebesar 220 volt,di selingi dengan isakan tangis dan cucuran airmata. Terbentuk tanda Tanya besar di kepalaku. Cairan apa gerangan?kok baunya seperti minyak tanah? Kenapa ibu tampak hancur dan pasrah, dan banyak lagi pertanyaan yang sempat singgah di kepalaku. Lama kuperhatikan ibu dengan penuh Tanya,hingga akhirnya ibu menyadari kehadiranku di dapur yang berukuran dua kali satu,dimana setiap musim hujannya air dengan bebas masuk kedalamnya melalui atap yang bocor .

“ Ekh..Vina….! “ Kulihat ibu menyeka air matanya dan mencoba tersenyum padaku dalam kekagetannya.” Ayo bawakan adik-adikmu yah!!”perintahnya,walaupun sangat nampak ibu gugup dan bingung.

“ Iya bu..! “jawabku,aq seperti terhipnotis dan segera membawa nampan berisi gelas-gelas itu ke tempat adik-adikku di ruang tamu sekaligus ruang makan kami. Ibu mengikutiku dari belakang, Saat melihatku,sontak adik-adikku menyambutku dengan wajah yang sangat cerah,tak nampak kalau mereka segera akan mengakhiri perjalannya di dunia dengan cara yang tidak wajar.

“Jangan di minum dulu yah Anak-anak!” perintah ibu dengan sedikit berteriak

“ Iya bu…..!” Untunglah Adik-adikku adalah orang yang patuh pada orang tua.

“ Ibu juga khan mau minum sama kalian “ Ibu duduk bersila di sampingku.Sekali lagi kulirik wajahnya,wajah itu telah basah kembali,mata itu mengalirkan kembali cairan bening pertanda siksa hati ibu yang sangat mendalam. Ingin sekali kubertanya pada ibu tentang rahasia apa yang sedang menyiksa hati ibuku sekarang ini tapi bibirku serasa terkunci dan lidahku keluj. Beberapa saat ibu terdiam menatap kami anaknya satu –persatu, tangannya bergetar ketika mengangkat gelas yang ada di hadapannya.

“Ibu….."aq menangis menatapnya..." ibu........!" ucapku lirih karena tiba-tiba muncul kesedihan mendalam saat melihat wajah ibu.

" Maafkan Ibumu ini nak!" ibu pula berbisik lirih padaku dengan melodi yang sangat mengiris hati.

" Ibu tak kuat lagi,ibu menyerah.....!"isaknya dalam pilu " Tak ada lagi harapan ..tak ada!!!" Ibu merangkulku kuat-kuat ,akupun memeluknya seperti kami akan terpisah dan tak akan bertemu lagi, sedangkan adik-adikku seperti biasa tetap bermain dan terpenjara dalam dunia kecil mereka yang penuh dengan kegembiraan dan keceriaan. Tiba-tiba..... sebuah suara menggema terdengar,menyusup di antara dinding bambu rumahku,lalu menyelusup di antara udara yg kami hirup lalu memasuki rongga telinga dan merambat menyentuh hati-hati koyak kami.Suara pria itu sangat merdu,suara seorang muadzin mengumandangkan panggilan untuk ke mesjid menunaikan kewajiban.Ibu terdiam,akupun terpekur dalam indahnya kemerduan itu,lalu kami saling pandang, dan Prang......!!

Ibu membuang cairan yang ada di tangannya dan meledaklah tangisnya,seperti baru tersadar dari mimpi buruk.Tobe continued..........

zhulfa LanGit Al-makazzari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar