Rabu, 20 Juli 2011

KISAH SANG PENANDAI,TERE LIYE


Duhai, apakah kau akan memilih mati ketika cinta-sejatimu tidak terwujudkan? Ataukah hanya bisa memeluk lutut, menangis tersedu, bersembunyi di balik pintu seperti anak kecil tidak kebagian sebutir permen?
Adalah Jim, pemuda yatim-piatu, berhati lurus dan sederhana dipilih oleh Sang Penadai (penjaga dongeng-dongeng), untuk mengukir kisah melupakan sang pujaan hati, Nayla. Adalah Jim, pemuda yang jangankan memegang pedang, membaca pun dia tidak bisa, terpilih untuk menggurat cerita tentang berdamai dengan masa-lalu. Dia harus menyelesaikan pahit-getir perjalanannya--apapun harganya! Karena kita sungguh membutuhkan dongeng ini.

“Apakah kau juga akan mati untukku?” Nayla bertanya lirih.
Jim mengangguk, anggukan yang terlalu berani.Pembaca harus siap-siap memasuki dunia fantasi yang dikuasai oleh panorama samudera, gerakannya kolosal, tidak merujuk pada pilar sejarah dan geografi yang eksak, dengan plot tak terduga. Ribuan capung. Sang Penandai yang tak kenal masa. Nayla dan cintanya--semua kita terima sebagai pelangi fantasi Tere-Liye. (TAUFIQ ISMAIL, Penyair)

Saya seumur-umur belum pernah membaca novel sampai habis. Novel yang menakjubkan! Sungguh novel ini sangat menyenangkan hingga ke akhir cerita, jauh dari membosankan, dan tidak cengeng. (FAISAL BASRI, Pengamat Ekonomi-Politik)

Tere-Liye berhasil membawa khayal kita ke dunia antah berantah yang penuh kejutan. (BUDIARTO SHAMBAZY, Wartawan Kompas)

2 komentar:

  1. Aku barusan selesai mbaca nih. Keren lah.
    Begitu selesai, langsung ambil nafas panjang, lega.
    Merubah pandangan ku tentang dongeng-dongeng.
    Apa salahnya menghargai perasaan org lain? Setiap org punya pilihan, dan harus siap nerima resiko dari pilihannya itu.

    BalasHapus
  2. aku udah lama bacanya...... baca ebooknya doang sih, aku ga terlalu suka sama novel tere liye yang ini..... Biasanya tere liye memasukkan tokoh anak2 dalam karyanya, tapi disini ga ada . . . . ciri khasnya kaya ilang disini
    tapi dengan novel ini aku justru pelan-pelan bisa berdamai dg masa laluku.....

    BalasHapus